Saatnya Mahasiswa Papua Tinggalkan Miras

Mahasiswa pecandu miras dari kalangan akademisi
terkemuka Universitas Cenderawaih Papua saat akan diamankan pihak
keamanan karena melakukan tindakan tidak terpuji, bukannya diberi
pelajaran, malah dibelain temannya sesama mahasiswa, begitu
memprihatinkan, terangnya Edo bukan nama sebenarnya, salah satu pejabat
Kepala Dinas Pendidikan di Papua sebagai Alumni Uncen (23/10).
Mau dibawa kemana Papua ini kalau mahasiswa mempunyai
cara berpikir seperti ini. Wajar jika seabagian orang menilai Papua
melekat dengan masalah karena orang-orang yang diharapkan sebagai
generasi penerus dalam membangun Papua, malah mempertontonkan perilaku
memalukan dan herannya dibelain sesama kaum terpelajar, seakan tidak
mempunyai akal sehat lagi, imbuhnya dengan penuh keprihatinan.
Edo mengatakan hal itu atas kejadian ratusan
mahasiswa Uncen penghuni rusunawa melakukan pemalangan Gapura Kampus
Uncen Perumnas III Waena, untuk membela seorang mahasiswa mabuk yang
melakukan pelemparan dan pengrusakan rumah.
Dia menambahkan, “secara akal sehat ya wajar dong
aparat keamanan untuk menangkapnya, bukan malah dibelain seperti
tindakan yang ditunjukkan Ketua Asrama Rusunawa, Tanius Komba. Herannya
lagi orang nomor satu di Kampus Uncen tersebut bersikap mendua, yang
selayaknya menindak tegas orang-orang itu selain menyerahkan keaparat
supaya diproses secara hukum juga mengambil tindakan secara
administratif untuk memecatnya sebagai mahasiswa karena sudah mencoreng
nilai akademis dari kepercayaan masyarakat Papua terhadap Uncen sebagai
pencetak generasi penerus Papua”, tegasnya.
Memang saya sendiri sebagai masyarakat Papua alumni
Uncen, merasa tidak puas terhadap peran Uncen dalam membangun Papua.
Selama ini yang menonjol adalah kegiatan politik terbelakang, bukan
mencetak mahasiswa yang profesional dan mandiri. Mencontohkan kalangan
pejabat Papua yang merupakan lulusan Uncen, masih sangat banyak yang
belum menguasai bidangnya masing-masing. Masih senang berfoya-foya
dengan jalan-jalan ke Jakarta, padahal jauh lebih bermanfaat apabila
lebih banyak turun kampung untuk melihat dan mendengar langsung keluhan
masyarakat, jelasnya.
Selama ini yang saya lihat mahasiswa-mahasiswi di
Papua lebih banyak di jalanan melakukan unjuk rasa, mabuk-mabukan dan
terlibat kasus-kasus perempuan. Kapan belajarnya, ungkapnya. Dapat kita
lihat juga dalam kasus mahasiswa yang mabuk ini, malah bias menolak Pos
Polisi dan Pos Ramil di Perumnas III. Logikanya dimana, karena kompleks
pelajar dan masyarakat butuh ketenangan dan keamanan. Berarti mahasiswa
ingin lebih bebas lagi untuk pesta miras dan menjadikan kampus menjadi
pasar bebas, tambahnya lagi.
Pihaknya menegaskan, pengelolaan kampus Uncen sebagai
harapan pencetakan generasi penerus Papua, sudah saatnya dievaluasi
baik kurikulum dan manejemen pengolaan kampus agar lebih berorientasi
kepada skill dan profesionalisme, sehingga tentunya didukung sarana yang
memadai seperti tersedianya laboratorium sesuai displin ilmu
masing-masing. Ketika mahasiswa lulus dapat mempertanggungjawabkan
displin ilmunya di tengah-tengah masyarakat, bukan malah mabuk-mabukkan
dan sebagai parlemen jalanan, harapnya. “jadi sudah jelas miras hanya
membuat orang bodoh dan berperilaku buruk, maka saatnya mahasiswa Papua
tinggalkan miras, bangun Papua dengan jiwa yang sehat” pesan Edo kepada
generasi muda Papua.