Musisi, Penyanyi dan Group Band Zaman Sekarang vs Musisi Zaman Dulu, Lebih Hebat Mana?
Penulis: Watikam Crew
Editor : Kilungga Tabuni
Penulis: Watikam Crew
Editor : Kilungga Tabuni
Sekitar tahun 80-an sampe tahun 2006
dulu, menurut saya musik Indonesia bener-bener lagi merajai musik tanah
air. Bagaimana tidak ? dulu itu musisi Indonesia jempolan banget ! Sejak
tahun 80-an kita udah sering dengarkan yang namanya musik dari negara
tetangga (Malaysia) bisa dengan mudahnya masuk ke Indonesia ? saya demen sekali sama yang namanya Iwan Fals, Ebiet G Ade, Nike Ardilah, Black Sweet, Ratih Purwasih, Ari Wibowo, Gomboh, Netty, Gloria Trio, Black Brothers dan lain sebagainya
menurut saya mereka berkualitas karena mereka lebih memperhatikan
musikalitas yang mereka sajikan buat penikmatnya. Bukannya dandanan yang
menor, penampilan, kaca mata, atau whatever lah gaya artis jaman
sekarang tuh.
Mungkin anda semua para pembaca pasti
ngeremehin saya. “Saya ini kan cuma anak jalanan yang sekarang baru ingin belajari perjalanan musik tanah air, tau apa tentang Tembang Kenangan SEARCH ? Mereka juga
bisa dibilang cukup menyenangi lagu lawas dibanding lagu jaman
sekarang. Walaupun saya masih orang awam begini, tapi jujur sekali tidak
tertarik tuh sama musik jaman sekarang ! tidak berkualitas ! dan tidak
kreatif ! justru saya cinta sekali sama lagu-lagu lawas. Di handphone saya
aja ada 200-an lebih lagu lawas, dan cuma ada sekitar 3 lagu saat ini,
dan gua sangat menikmati itu.
Overall, apa ya ? sebenarnya yang bikin saya jatuh cinta sama lagu lawas itu apa ya ? Saya tahu, tapi saya bingung
menjelaskannya. Gini lho, saya itu memandang seorang penyanyi solo
ataupun band ketika perform itu dari segi lirik dan aransemen lagunya.
Kalo untuk lirik, saya lebih suka dengan lirik lagu lawas, karena bahasa
liriknya itu masih puisi banget gitu lho, ibaratnya, susah buat kita
mengerti tapi enak ketika dinyanyikan. Contohnya, ada potongan lirik
lagu Ebiet G. Ade, yang bunyinya, TANYAKAN PADA RUMPUT YANG BERGOYANG.
Honestly, dari gua kecil ampe sekarang saya kelas 3 SMA pun gua belom tau
maksudnya apa ? kan puisi banget. Dan itu semua cuma made in lagu lawas
! That’s the reason why i really love with lagu lawas. Kalo untuk
arransemen musiknya, gua lebih bingung gimana cara ngejelasinnya, karena saya bukan orang yang berkecimpung di dunia seni musik. Mendingan kasih saya soal matematika saja dah, 7 hari 7 malem juga bakalan saya kerjakan.
Oke, sekarang bedain aja ama lirik lagu
penyanyi band atau musisi jaman sekarang. Liriknya tidak jelas sekali. Lebih frontal, tidak baku, dan tidak ada puisi-puisinya pisan itu lagu. Ada lirik yang
bunyinya NYONTEK, KUHAMIL DULUAN UDAH 3 BULAN, LO GUE END, IWAK PEYEK,
PACAR 5 LANGKAH, KUINGIN KAU MATI SAJA, CINTA SATU MALAM
<<<<<< INI LAGU APA-APAAAAAN WOOOOOY ??????!!!!!!!
NYAYUR WOOOOOY !!!!!
Well, yang bikin saya jatuh cinta sama
lagu lawas itu juga karena saya mandang mereka itu bener-bener para
pekerja keras sejati. Bayangin saja, waktu jamannya mereka menuju
ketenaran itu tidak mudah, bahkan sangat berliku. Tidak kayak sekarang,
internet ada, tinggal ngupload video saja ke youtube, ntar kalo menarik
perhatian, tinggal dipanggil produser, rekaman, tampil di acara musik,
jadi artis deh. Halah…....
Penyanyi dan group band lawas itu juga
orang-orang yang lebih mementingkan musikalitas mereka dalam bermusik.
Mereka tidak peduli mau rambut mereka gondrong kek, badan mereka kurus
kek, pakaian dan sepatu mereka amburadul kek yang penting lagu berkualitas, penikmat merasa terhibur, dan mereka
makin dikenal publik.
Beda sama penyanyi dan group band atau musisi jaman sekarang
yang lebih memperhatikan penampilan. Cuma nampilin dada sama paha doang
sudah kayak fried chicken. Anak band-nya juga pada sok ganteng banget.
Sok pake kacamata hitam, rambut digaya-gayain, pokoknya kata dia sih,
itu sudah gaya yang paling keren. Sudah jelek mah jelek aja mas, takdir
sampean itu. Eh… tidak taunya lagu mereka tidak laku di pasaran. Saya sih
cukup malas nontonnya. Mending nonton berita dah. "Kata orang Jawa dan Sunda".
Oke, setelah segi penampilan diri,
sekarang saya mau bahas tentang penampilan pas mereka tampil di panggung.
Seorang penyanyi papan atas ataupun group band papan atas yang
menjunjung tinggi professionalitas, pasti mereka tampil dengan suara
asli (bukan lipsync), band-nya juga tampil live (bukan karokean). Beda
ama penyanyi/group band sekarang. Gaya sok ganteng, dan sok cantik
bermodalkan paha dada kayak fried chicken, tapi NYANYI LIPSYNC ! sorry,
itu gak banget buat gua ! "Kata orang Betawi"
Sesama melayu-sunda, Jawa, Madura, Betawi, saja bisa bilang begitu apa lagi coba Anda tanya pendapat suku bangsa orang-orang melanesia di indonesia seperti Flores, Maluku, dan Papua ??? Apakah semua lirik lagu dan irama musik yang dinyanyikan oleh musisi dan penyanyi, dan group band artis papan atas indonesia apakah sesua selerah atau gaya hidup budaya mereka ? Sangat tidak bermutu dan tidak berprofesional bagi mereka. Mereka lebih suka dengan artis lekal di daerahnya ketimbang artis ibu kota.
Oke, sekarang kita menilai dari sisi
penonton yang menikmati. Kalo lagu lawas, penontonnya itu hadir dari
kalangan elite, orang-orang kaya yang sepertinya sedang jenuh dengan
rutinitas sehari-hari dan melampiaskan dengan cara nonton konser para musisi,
penyanyi, group band lawas. Saya sih bukan sok tau, saya bisa berbicara
seperti ini, karena saya penonton setia HARMONI - SCTV, sama acara baru
DELUXE SYMPHONY - METRO TV yang isinya itu menyajikan lagu-lagu yang
hits di jaman dulu, tapi dinyanyikan dengan penyanyi yang berkualitas di
acara tersebut. Acara itu emang bener-bener hiburan buat para pecinta
lagu lawas sejati. Kapan lagi ngedengerin lagu-lagu lawas nan mantap itu
kalo tidak ada acara itu ?
Oke, back to the topic. Belom lama juga
gua ngeliat konser MAHAKARYA AHMAD DHANI bersama Ari Lasso, Once, Dewa
19, Afgan dan pengisi acara lainnya di RCTI. Begitu disorot penontonnya oleh
kamera, Yassalaaaaam….. pakainannya tuh intelek banget. Mereka itu masih
pada pake kemeja kantornya masing-masing. Yang perempuan juga sama,
pakaian kantor ala perempuan gimana sih… ya begitulah. Pokoknya seisi
JCC itu penuh dari ujung ke ujung cuma buat lihat Dewa 19 sama Ari Lasso, Afgan dan Once. Asli, penontonnya tuh tidak rusuh. Mereka ngefans, tapi tidak
alay. Idolanya nyanyi, ya sudah mereka biasa saja. Yang hafal lagunya
ikutan nyanyi, yang tidak hafal cuma diem saja. Ada juga yang ngerekam pake
IPAD, saking inteleknya.
Bandingankan sama penonton sekarang yang
suka dateng di acara penyanyi atau group band jaman sekarang. Penontonnya
tuh tidak ada intelek-inteleknya juga. Terkesan alay dan ujung-ujungnya
itu pasti rusuh. Menurut mereka sih, mereka itu anak gaul.
Roman-romannya gaul sama alay beda-beda tipis. Banyak dari mereka itu
anak-anak ABG labil (ababil) yang kalo nonton konser band yang nge-rock,
pasti gaya mereka angguk-anggukan tidak jelas. Yang ada kutu pada loncat
kemana-mana.
Well, gua cuma mau bilang sama semua
musisi lawas idola saya. Please, balikin musik Indonesia kayak dulu. Buat
kami bisa menikmati hasil karya indah kalian lagi. Cuma kalian yang
terbaik dan terhebat sepanjang masa akan kami kenang selamanya.
Anyway, sebagai penutup…
Bagi kita sebagai penikmat musik, coba posisikan diri kita sebagai musisi. Sebaiknya tak perlu terlalu mudah mencap plagiat pada musisi. Kita mungkin beranggapan bahwa menciptakan lagu/karya yang original itu mudah. Tapi kita mungkin tak pernah merasakan betapa sulitnya menciptakan karya baru yang benar-benar fresh atau tidak punya kesamaan sedikit pun dengan karya yang sudah ada.
Kalaupun bisa, tantangan berat selanjutnya adalah bagaimana agar karya tersebut bisa enak untuk didengarkan atau bisa disukai oleh penikmat musik. Pertanyaan saya, memangnya Anda mampu ya menghasilkan karya musik yang 100% original dan sekaligus enak didengar? Kalau Anda suka menuntut orang lain untuk menghasilkan karya yang original, Anda pun harusnya bebas dari unsur plagiat.
Memangnya bisa ya?
Anyway, sebagai penutup…
Bagi kita sebagai penikmat musik, coba posisikan diri kita sebagai musisi. Sebaiknya tak perlu terlalu mudah mencap plagiat pada musisi. Kita mungkin beranggapan bahwa menciptakan lagu/karya yang original itu mudah. Tapi kita mungkin tak pernah merasakan betapa sulitnya menciptakan karya baru yang benar-benar fresh atau tidak punya kesamaan sedikit pun dengan karya yang sudah ada.
Kalaupun bisa, tantangan berat selanjutnya adalah bagaimana agar karya tersebut bisa enak untuk didengarkan atau bisa disukai oleh penikmat musik. Pertanyaan saya, memangnya Anda mampu ya menghasilkan karya musik yang 100% original dan sekaligus enak didengar? Kalau Anda suka menuntut orang lain untuk menghasilkan karya yang original, Anda pun harusnya bebas dari unsur plagiat.
Memangnya bisa ya?
Source : Dari Berbagai Sumber