KNPB Kembali Memberikan “Impian” Bagi Masyarakat Papua

Masyarakat Papua telah kesekiankalinya diberikan
iming-iming oleh segelintir orang yang mengaku sebagai pejuang rakyat di
luar negeri melalui International Parliamentarians for West Papua
(IPWP) atau Komite Nasional Papua Barat, biasa disebut KNPB yang terus
mengkapanyekan bahwa Papua akan merdeka dalam waktu dekat, namun hingga
saat ini jauh dari kenyataan, bahkan sangat merugikan yang menyita waktu
dan tenaga masyarakat dan generasi muda dalam membangun Papua.
Berbagai usaha telah dilakukan oleh KNPB untuk
mempengaruhi dan mendapatkan dukungan dari masyarakat. Aksi demo KNPB
tanggal 16 Oktober 2013 di Sekitar Makam Teys H untuk memperingati HUT
IPWP ke-5 yang sebelumnya telah dilakukan himbauan kepada masyarakat
terkesan dipaksakan dan sengaja membuat situasi Papua tidak aman.
Padahal sudah jelas, ijin untuk melaksanakan aksi tersebut tidak
dikeluarkan oleh pihak Kepolisian, ini membuktikan bahwa KNPB selalu
membuat resah masyarakat Papua. Dalam kegiatan tersebut, KNPB sebenarnya
akan membacakan hasil pertemuan Ketua Umum IPWP, Andrew Smitt yang
dikabarkan telah melakukan pertemuan dengan beberapa Partai di Kerajaan
Inggris dan sedang membahas permasalahan Papua saat ini, namum aksi KNPB
urung dilaksanakan dikarenakan pihak Kepolisian membubarkan massa KNPB
yang tidak mempunyai ijin.
Beberapa waktu lalu dilakukan peresmian Kantor
Organisasi Papua Merdeka (OPM) di Oxford, London dan di Belanda. Padahal
kita semua tahu bahwa Dubes Inggris untuk Indonesia Mark Canning,
mengatakan Pemerintah Inggris menegaskan kembali sikapnya yang tidak
mendukung kemerdekaan provinsi Papua dan Papua Barat. Bahkan Negeri Ratu
Elizabeth pun mengomentari kehadiran Dewan Kota Oxford tempat kantor
perwakilan OPM. “Mengenai kehadiran anggota Dewan Kota Oxford dalam
pembukaan perwakilan itu, Pemerintah Inggris menegaskan pula bahwa Dewan
Kota Oxford tidak mempengaruhi kebijakan politik luar negeri Inggris
dan memandang bahwa keputusan untuk membuka kantor dimaksud sepenuhnya
adalah keputusan Dewan kota Oxford,” jelasnya.
Hal tersebut membuat pertanyaan bagi masyarakat Papua
apa betul Inggris dan Belanda mendukung Papua merdeka, atau hanya
tipuan saja, mengingat setiap agenda KNPB hanya merupakan agenda
provokasi saja, tidak pernah terwujud dan selalu jauh dari kenyataan.
Sementara itu Juru Bicara KNPB, Wim Roky Medlama
beberapa waktu yang lalu mengakui, kunjungan Duta Besar Belanda ke Papua
tetap menyatakan bahwa mendukung Papua tetap dalam NKRI, namun kembali
Wim tidak kesatria dan memutarbalikan fakta bahwa itu merupakan trik
politik yang sedang dimainkan oleh setiap negara. Padahal secara
tersirat Pemerintah Belanda tidak setuju dengan Perjuangan Papua
merdeka, meskipun kantor OPM kabarnya telah dibuka di Belanda.
Menanggapi beberapa pernyataan KNPB, mantan tokoh
besar OPM yang telah sadar dan kembali ke NKRI, Nicholas Jouwe
meengatakan bahwa awal perjuangan Papua Merdeka yang ia lakukan
merupakan konsep dari Belanda yang seolah-olah akan mendirikan negara
sendiri. “Belanda menyuruh saya untuk membuat bendera, lambang negara,
lagu kebangsaan dan menyiapkan dokumen-dokumen untuk persiapan
berdirinya sebuah negara. Setelah semua itu saya siapkan ternyata tidak
ada satu negarapun yang mendukung perjuangan saya, justru semua negara
tetap menyatakan bahwa Irian Barat bagian dari wilayah Indonesia”.
Beberapa tokoh masyarakat Papua juga telah memberikan
warning, salah satunya Frans Rumbobiar yang mengatakan “hati-hati
terhadap aksi tipu KNPB atau siapapun yang seolah-olah memperjuangkan
rakyat Papua untuk merdeka, namun sebenarnya mereka mementingkan diri
sendiri dan merugikan masyarakat Papua yang sedang semangat membangun
Papua bahkan msyarakat Papua banyak mernjadi korban atas ulah KNPB
tersebut”