Headlines News :
Home » , » MANOKWARI : JANJI MANIS MARKUS YENU

MANOKWARI : JANJI MANIS MARKUS YENU

MANOKWARI : JANJI MANIS MARKUS YENU

markus yenu2
Entah sampai kapan masyarakat Papua Barat menjadi objek aksi tipu-tipu segelintir orang. Isu Papua sebentar lagi merdeka dan telah mendapat dukungan internasional terus di suarakan oleh elemen yang mengatasnamakan diri pejuang rakyat, namun kenyataannya malah merugikan rakyat karena tidak pernah berpikir berperan serta membangun dan meningkatkan kesejahteraan, tetapi justru menghambat pembangunan. 

Salah satu kelompok masyarakat yang menamakan diri Negara Republik Federal Papua Barat atau disingkat NRFPB selalu memanfaatkan isu untuk menunjukkan eksistensinya terutama menjelang kunjungan anggota perlemen Australia dengan janji akan membawa Papua diberi kemerdekaan oleh PBB padahal isu tersebut belum tentu benar dan merupakan impian yang tidak akan terwujud. 

Saat memperingati HUT ke-2 NRFPB di Kantor Dewan Adat Papua (DAP) Kab. Manokwari (19/10) Markus Yenu Wakil Gubernur NRFPB berpendapat bahwa Papua untuk menjadi sebuah negara yang berdaulat maka negeri Papua Barat perlu pengakuan dan penyerahan kekuasaan dari RI. Disamping itu, Kemerdekaan untuk rakyat Papua sudah di tangan rakyat Papua melalui kehadiran NRFPB, sehingga saatnya masyarakat Papua mempersiapkan diri dan harus mendapat pengakuan dari negara-negara anggota PBB. 

Menurut Yenu pula NRFPB proses pengalihan kekuasaan dari NKRI kepada bangsa Papua telah dilaksanakan pada 19 Oktober 2011, oleh karena itu sudah menjadi tanggungjawab kita untuk membangun Papua dan mempertahankan kemerdekaan bangsa Papua. imbuhnya. 

“Sudah sangat jelas, secara de facto dan dejure bahwa Papua merupakan bagian tak terpisahkan dari Negara Indonesia” ungkap Nick Messet saat dimintai tanggapan mengenai upaya yang dilakukan NRFPB. “disadari bahwa NRFPB mengadakan kegiatan hanya untuk menunjukan kepada masyarakat Papua eksistensi organisasinya, sedangkan yang dierjuangkan hanya impian belaka dan justeru merugikan masyarakat. Tidak ada negara di dunia secara resmi yang mendukung Papua lepas dari Indonesia dan hingga kinipun PBB tidak mengagendakan pembahasan bahwa dasar Papua dapat memisahkan diri dari negara Indonesia”, tegasnya. 

Pernyataan Markus Yenu tersebut merupakan pernyataan bohong dan hanya memberikan impian belaka, seolah-olah PBB akan memberi kemerdekaan kepada Papua. Secara hukum internasional dasar Papua menjadi bagian dari NKRI melalui Resolusi PBB No. 2504 Tahun 1969, dan hanya bisa ditinjau kembali, jika terjadi pelanggaran HAM berat di seluruh tanah Papua, serta pemerintah Indonesia tidak memperhatikan kesejahteraan dan tidak membangun fisik maupun non fisik di Papua. Justru saat ini pemerintah Indonesia sedang mempercepat pembangunan dan memberdayakan masyarakat Papua dengan berbagai program dan penambahan anggaranan. 

Adapun wacana rencana kunjungan Richard De Natalie (Anggota Parlemen Australia) ke wilayah Papua Barat merupakan informasi yang belum dapat dibenarkan seandainya kunjungan tersebut terlaksana merupakan kunjungan resmi antara pemerintah Australia ke Indonesia yang dipastikan disambut baik oleh pemerintah Indonesia yang dengan terbuka memberi pengarahan bahwa perkembangan Papua sangat ini sangat pesat dengan menunjukkan program-program seperti Pemerintah RI telah melakukan affirmative action yang dengan penempatan orang asli Papua sebagai pejabat eksekutif di Prov. Papua dan Papua Barat, serta kesempatan luas bagi generasi muda Papua untuk belajar di berbagai Universitas Negeri di Indonesia. Hal tersebut menunjukan bahwa Pemerintah Indonesia serius membangun Papua agar sejajar dengan provinsi lain di Indonesia dengan penuh kesungguhan. 

“saatnya tutup telinga mengenai isu Papua merdeka, songsong Papua yang lebih maju” mengutip pernyataan Nick Messet beberapa waktu lalu.
Share this post :